29 November 2008

Batubara Sebagai Sumbar Bahan Bakar Alternatif

Baru-baru ini hampir semua daerah di Indonesia mengalami krisis kelangkaan minyak baik jenis bensin, solar maupun minyak tanah. Sangat ironis memang, Indonesia yang merupakan salah satu negara eksportir minyak mentah justru mengalami krisis kelangkaan minyak di dalam negerinya sendiri. Hal ini terjadi karena kilang minyak yang kita miliki tidak mampu mengolah minyak mentah yang kita miliki (karena kondisi kilang yang sudah tua), sehingga kita harus mengimpor minyak mentah kualitas tinggi dari negara lain yang saat ini harganya melambung tinggi. Sementara minyak mentah yang kita miliki harus diekspor untuk diolah melalui kilang-kilang modern milik negara maju.

Fenomena antrian panjang di SPBU-SPBU mewarnai keseharian berita di media cetak dan elektronika. Bahkan dibeberapa daerah si pengantri harus menginap di SPBU untuk mendapatkan bahan bakar kendaraannya. Kondisi ini sebenarnya memiliki potensi komplik yang besar baik antara pemilik SPBU dengan konsumen maupun antar sesama konsumen. Perlakuan pilih kasih dari pemilik atau aksi serobot dari sesama pengantri berpotensi menimbulkan keributan. Karena itu kondisi seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut dan mesti diatasi secepatnya dan diantisipasi melalui pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintah agar dimasa yang akan datang tidak terulang kembali.

Diantara kebijakan yang dapat diambil pemerintah adalah membangun kilang-kilang minyak dengan teknologi modern sehingga mampu mengilang minyak mentah yang kita miliki. Disamping itu perlu pula ditemukan sumber bahan bakar alternatif yang murah karena cadangan minyak dan gas yang kita miliki semakin menipis, akibat makin meningkatnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak Indonesia.

Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang murah dan tersedia keberadaannya dalam jumlah besar adalah batubara. Namun penggunaannya dalam bentuk aslinya sebagai bahan bakar masih menyisakan beberapa masalah diantaranya sulit dinyalakan, sulit dikendalikan dan memberikan asap.

Untuk mengatasi hal tersebut para peneliti telah mengembangkan teknologi pengubahan batubara ke bentuk bahan bakar yang menyenangkan. Diantara teknologi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar gas (teknologi gasifikasi)
  2. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar cair (teknologi likuifaksi)
  3. Pembentukan suspensi batubara-air (teknologi coal-water fuel)
  4. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar padat tak berasap (teknologi briquette)
Teknologi gasifikasi adalah teknologi pengubahan batubara ke dalam fasa gas dengan cara mereaksikan batubara dengan media gasifikasi. Media gasifikasi yang sering digunakan adalah campuran udara-uap air atau campuran udara-carban dioksida. Bila gas yang dihasilkan dimurnikan maka kualitas gas tersebut dapat menyamai kualitas gas alam (natural gas) dengan nilai pembakaran 11.600 kJ/m3. Para peneliti Indonesia dari Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) sedang mempersiapkan teknologi ini agar dapat diterapkan dalam skala komersial di Indonesia.

Teknologi likuifaksi adalah teknologi pencairan batubara dengan bantuan panas dan penambahan zat kimia tertentu. Cairan yang terbentuk tersebut selanjutnya difraksionasi/ dikilang untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar cair seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Teknologi ini sudah lama di kuasai negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Penguasaan negara Jerman yang baik terhadap teknologi inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendukung kemenangan Jerman dalam Perang dunia I. Teknologi ini juga secara intensif sedang dikaji oleh peneliti-peneliti BPPT dan PPTM untuk diterapkan secara komersial.

Teknologi coal-water fuel adalah teknologi pembuatan campuran homogen serbuk batubara-air dengan cara mengaduk campuran pada kecepatan tinggi (6000 rpm) sampai terbentuk suatu suspensi yang stabil. Campuran terdiri dari 60 sampai dengan 78 % serbuk batubara dan sisanya air dengan ukuran serbuk minimal 75 mikron. Bahan bakar jenis ini dapat menggantikan fungsi minyak tanah sebagai bahan bakar cair untuk keperluan rumah tangga.

Berbeda dengan tiga teknologi sebelumnya (yang menghasilkan bahan bakar berwujud cair dan gas), teknologi briquette adalah teknologi pembentukan bahan bakar berwujud padat yang menyenangkan yakni mudah dinyalakan dan tidak berasap. Caranya adalah batubara/ arangnya dibubukkan kemudian dicampurkan dengan bahan pengikat dan bahan penyulut lalu dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknologi ini pernah mendapat perhatian khusus dari pemerintah tahun 1993, yakni dengan dikeluarkannya keputusan presiden tentang program penggantian bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke briket batubara untuk pulau Jawa.

Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang memiliki cadangan batubara cukup besar di Indonesia seyogyanya mulai merencanakan pemanfaatan batubara yang dimiliki. Harus ada upaya yang sistematis dari Pemerintah Daerah untuk melakukan program diversifikasi pemanfaatan batubara, sehingga batubara tidak hanya dipakai dalam bentuk aslinya tapi juga diolah kebentuk lain yang lebih mempunyai nilai ekonomis.
http://tekimbunghatta.info/readarticle.php?article

Tidak ada komentar: